ku bahagia kau terlahir di dunia
dan kau ada di antara milyaran manusia
dan ku bisa dengan radarku menemukanmu
perahu kertas by Dewi Lestari
2 bait yang cukup mendeskripsikan tentangmu
1 bait yang mampu membuktikan kebesaran Tuhanku
goresan penuh luka yang masih basah seakan setia mengiringi setiap mata ini tertuju, pikiran ini bergulat, otot ini meregang, dan jantung ini berdetak. segala hariku tak peduli akannya, membiarkan hati ini hampir membusuk.
namun Tuhan masih Penyayang.
Dia kirimkannya sebagai penawar racun untukku.
aktifitas biasa di hari biasa, datar. jarang sekali aku menemukan warna, jalankan kebahagiaan. hidupku bagai abu-abu, hanya dilalui oleh setumpuk tugas yang semakin menyiksa.
hari biasa menjadi sangat luar biasa hebatnya ketika momen itu ada. dimana aku dengan radarku bisa menemukanmu di antara milyaran manusia. kesempatan itu datang tak dipertanggungjawabkan, mewariskan benih romansa yang tak pernah dirasakan sebelumnya. berbeda, yeah berbeda.
goresan luka yang basah, hanya membutuhkan sepersekian menit untuk menawarkan. racun itu terbawa oleh kenangan buruk yang telah lalu. seakan waktu mengijinkanku kembali, mewariskan luka itu bersama kenangannya.
hhh aku kira ini bodoh. segampang itu?
senyum kecut menghiasi, sekali lagi aku tak pernah sadar ini anugerah.
hari berganti hari seperti biasa di antara tumpukan tugas yang kadang kurasa menyiksa.
pandangan ini sudah tak lagi mampu memandang sekeliling kecuali tulisan yang meraung-raung untuk cepat diselesaikan. tak sabar nafsuku untuk segera menuntaskannya dan beralih tugas yang lain.
ini takdir, ketika mata ini mampu melihat indahnya, ketika pendengaran ini mampu menangkap suaranya begitu cepat secepat hembusan nafas, ketika jantung ini berdetak lebih kencang merasakan aromanya, ketika luka ini sembuh tak berbekas karena kehadirannya yang begitu dekat.
tawa, canda, nyaman, kagum, cinta.
itu..
riak yang tercipta oleh jatuhnya lemparan batu, tercipta memang untuk menemukan lautannya. tersesat di antara rimbunan parit, terhempas di tepi tak berujung, terikut arus air yang tak kenal irama, terseok di antara batuan menghujam. namun tak pernah sedikitpun berhenti mencari lautannya.
itu..aku..
rasa di mana aku melayang jauh dari jiwaku yang lama tak kunjung berhenti mencari tepi hingga sampai ke titik laut bebas. terang, sungguh indah. keluar, bebas dari kungkungan. bernafas hanya untuk menyebut namamu, hidup hanya ditakdirkan menjadi pendampingmu
akhirnya aku menemukanmu dengan radarku.
dan kau ada di antara milyaran manusia
dan ku bisa dengan radarku menemukanmu
perahu kertas by Dewi Lestari
2 bait yang cukup mendeskripsikan tentangmu
1 bait yang mampu membuktikan kebesaran Tuhanku
goresan penuh luka yang masih basah seakan setia mengiringi setiap mata ini tertuju, pikiran ini bergulat, otot ini meregang, dan jantung ini berdetak. segala hariku tak peduli akannya, membiarkan hati ini hampir membusuk.
namun Tuhan masih Penyayang.
Dia kirimkannya sebagai penawar racun untukku.
aktifitas biasa di hari biasa, datar. jarang sekali aku menemukan warna, jalankan kebahagiaan. hidupku bagai abu-abu, hanya dilalui oleh setumpuk tugas yang semakin menyiksa.
hari biasa menjadi sangat luar biasa hebatnya ketika momen itu ada. dimana aku dengan radarku bisa menemukanmu di antara milyaran manusia. kesempatan itu datang tak dipertanggungjawabkan, mewariskan benih romansa yang tak pernah dirasakan sebelumnya. berbeda, yeah berbeda.
goresan luka yang basah, hanya membutuhkan sepersekian menit untuk menawarkan. racun itu terbawa oleh kenangan buruk yang telah lalu. seakan waktu mengijinkanku kembali, mewariskan luka itu bersama kenangannya.
hhh aku kira ini bodoh. segampang itu?
senyum kecut menghiasi, sekali lagi aku tak pernah sadar ini anugerah.
hari berganti hari seperti biasa di antara tumpukan tugas yang kadang kurasa menyiksa.
pandangan ini sudah tak lagi mampu memandang sekeliling kecuali tulisan yang meraung-raung untuk cepat diselesaikan. tak sabar nafsuku untuk segera menuntaskannya dan beralih tugas yang lain.
ini takdir, ketika mata ini mampu melihat indahnya, ketika pendengaran ini mampu menangkap suaranya begitu cepat secepat hembusan nafas, ketika jantung ini berdetak lebih kencang merasakan aromanya, ketika luka ini sembuh tak berbekas karena kehadirannya yang begitu dekat.
tawa, canda, nyaman, kagum, cinta.
itu..
riak yang tercipta oleh jatuhnya lemparan batu, tercipta memang untuk menemukan lautannya. tersesat di antara rimbunan parit, terhempas di tepi tak berujung, terikut arus air yang tak kenal irama, terseok di antara batuan menghujam. namun tak pernah sedikitpun berhenti mencari lautannya.
itu..aku..
rasa di mana aku melayang jauh dari jiwaku yang lama tak kunjung berhenti mencari tepi hingga sampai ke titik laut bebas. terang, sungguh indah. keluar, bebas dari kungkungan. bernafas hanya untuk menyebut namamu, hidup hanya ditakdirkan menjadi pendampingmu
akhirnya aku menemukanmu dengan radarku.