Thursday, December 13, 2012

12-12-12

hari itu 12-12-12 hampir semua orang sekitarku menyebutnya hari cantik karena angka. bukankah takdir sengaja memang menciptakan seperti itu dan membuktikan hari itu juga sebanding dengan hari lainnya? analogiku pun bermain, entah, entah kenapa aku tidak pernah bisa merasakan hari itu tidak secantik rupanya.

sayup-sayup bunyi alarm sebelum adzan subuh pun terdengar. aku bangun dengan gontai sekenanya menuju kucuran air wudhu yang menanti tuk digunakan. tak pernah aku sadar bahwa hari itu 12-12-12.

siang aku meneruskan kewajibanku sebagai mahasiswa untuk mengerjakan tumpukan tugas yang sudah bergejolak ingin cepat diselesaikan. kebiasan buruk itupun muncul, aku membuka beberapa jejaring sosialku.

entah, entah kenapa ketika melihat nama itu muncul bersamaan dengan derasnya timeline oleh orang-orang yang mengekspresikan dirinya, seketika aku terpaku, tanpa getaran keyboard yang biasanaya berisik oleh tangan yang tak henti menggesek.

1 detik
2 detik
.
.
2 menit sungguh aku terpaku
benar-benar diam

perasaan yang sudah lama tak berpenghuni karena hanya menunggu satu tuannya ini, menyadari kekosongannya. tak tahu dan tak sadar, rasa apa ini? apa yg terjadi? seketika mulut dan tubuh ini bergeming tak mampu berucap.
jujur beberapa kali aku merasakan rasa entah dia itu apa, setiap kali larunya dekat denganku. namun itu hanya biasa menurutku, tak istimewa, tak sedahsyat ketika hatiku masih menunggu tuannya terdahulu. tak pernah sedikitpun aku berpikir untuk merasakan ini. lalu aku tetap mereka dalam sepi. rasa apa ini?

perlahan sudah lupa aku memikirkannya, tenggelam dengan tugas yang tak kunjung menipis, bak ombak yang tak pernah berhenti, saling menimpali satu sama lain.

dan hari itu 12-12-12, nama itu, aku..tersadar...

tak banyak waktu yang aku buang setelah benar-benar yakin akan rasa ini, radarku sudah berkelebat kesana-kemari mencari sebuah hal yang harus kupastikan sebelum semuanya jatuh terlalu dalam.

aku memutar otakku mencari memori yang pernah menangkap sinyal itu, beberapa kali aku berpikir, memejamkan mata, dan aku teringat akan sesuatu. tak hanya itu, tak sengaja satu kalimat dari sesorang sebagai pengungkap fakta mengalir menghujam, hal yang membuat keraguanku semakin jelas.

hembusan panjang mengaliri kerongkongan, terbebas dari suhu tubuh yang kemudian memanas. mata ini terpejam, tak kuat melihat kenyataan. sepersekian detik setelah sadar fakta itu ada dan nyata, hati ini telah kehilangan kembali tuannya.

12-12-12 saksi dimana hati ini pernah menemukanmu walaupun akhirnya langsung saja terhempas tak terkira, hancur berjuta keping.

No comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More