Wednesday, November 20, 2013

Apalagi Tuhan

ini adalah repost dari blog seseorang. cuma buat saling mengingatkan sesama :)

Dengan terhuyung-huyung anak saya yang masih berumur sebelas bulan berjalan melangkah sambil mendorong Baby walker-nya. Saya mengikuti dari belakang, menjaga kalau-kalau dia sampai terjatuh ke belakang.
Benar saja, setelah beberapa langkah ke depan, tubuhnya limbung, pegangannya terlepas dari gagang baby walker. Dengan sigap saya menyambut tubuh mungilnya. Dia hanya tertawa memperlihatkan barisan giginya yang baru tumbuh sedikit. Saya membalas senyumnya dan menegakkan kembali tubuhnya. Dia kembali melangkah seolah tak pernah ada kejadian apa-apa barusan.
Sesaat, ada semacam keharuan yang menelusup masuk menembus relung dada. Entah darimana datangnya, tapi rasa haru itu menyentuh ke relung hati terdalam dan membuat mata ini pedih karena rembesan air mata yang keluar tertahan.
Saya membayangkan, “Kita manusia saja begitu tekunnya menjaga anak yang kita kasihi.. Tanpa si anak sadari, ada orangtua yang penuh cinta menjaganya dari belakang. Orangtua yang sekilas seakan membiarkan anaknya melangkah, namun dengan hati waspada siap sedia menjaga dari belakang.
Ketika si anak terjatuh dan menangis, ada orangtua yang akan memeluknya dengan penuh cinta dan mengusap tetes airmata yang jatuh.
Manusia saja seperti itu. Apalagi Tuhan? Dia yang Maha Pengasih Penyayang pastilah lebih mencintai kita melebihi manusia yang cinta pada anaknya. Anehnya, banyak orang yang lebih suka membicarakan sisi pemarahnya Tuhan.
Mungkin kita tidak asing dengan kalimat-kalimat seperti:
- Ayo Sholat, nanti Tuhan marah
- Bencana alam, Tuhan murka
- “Tuhan tidak tidur, dia pasti akan membalas.. (Sejak kapan Tuhan jadi Tukang balas dendam manusia?)

Padahal Nabi menyebutkan kasih sayang Allah itu hanya satu dari 100 bagiannya yang diturunkan ke bumi. Itupun bahkan sudah mampu membuat hewan punya naluri menyayangi anaknya. Sementara, 99 dari kasih sayang sisanya, Allah simpan untuk di hari kemudian.
Jadi, kalau saat ini kita sedang dalam kondisi “terjatuh” saat melangkah, sesungguhnya ada Tuhan yang mendekap kita dengan segenap cintanya. Cinta yang melebihi cinta manusia kepada anaknya.
Bayangkan :’)

No comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More