Wednesday, December 11, 2013

dia mencintaiku karena Allah

"ini adalah foto istri keduaku"
berawal dari pengakuan tersebut dari seseorang sambil menunjukkan foto di hapenya, aku tertegun sejenak, sedikit mencerna, lalu "oh, begitu. lalu bagaimana dengan istri pertama?"
sambil mengusap wajah, bersiap-siap menjelaskan, bercerita panjang lebar.

Dunkin Donuts, Sanur, Bali 08.47 pm.
aku telah menikahi dua perempuan yang saat ini memberikanku 4 keturunan. 3 dari istri pertama, 1 dari istri kedua. yah ini kehidupanku, agak gak normal ya? hehe (lalu beliau tersenyum tipis hanya untuk membuyarkan wajah kagetku dan temanku). dulu aku menikah dengan seorang perempuan Malang. saat itu dia masih kuliah kira2 semester 5. sengaja sebelum dia lulus aku melamarnya. dengan keyakinan kuat bahwa dialah jodohku, tanpa berpacaran, aku memintanya, meminta dia menjadi ibu dari anak-anakku. dia langsung setuju, karena memang sudah memiliki misi yang sama untuk menikah setelah pacaran. akhirnya kita menikah. dan dia masih berstatus mahasiswa. dia juga mengandung anak pertamaku ketika masih kuliah. aku benar-benar membuat hidupnya tidak senormal teman-temannya yang masih bisa main, senang-senang tanpa bingung mengurus suami dan kehamilan. tapi tetap dia sangat mencintai dan menghormatiku selayaknya suami. dan kalian tahu? saat itu kita terpisah jarak, aku di surabaya dan dia di malang. ya Allah benar2 berat baginya.
Allah tetap memberikan kemudahan bagi kami. gajiku yang alhamdulillah sudah cukup memenuhi kebutuhan kami, dan cukup aku tabung buat membangun rumah. anak pertama kami lahir dengan selamat. bagiku tiada yang lebih membahagiakan kala itu 2 orang paling berarti bagiku selamat dari peristiwa maut yang harus mereka lewati. menjadi seorang ayah, menyayangi keluarga, bagaimana aku mendustakan nikmat Allah Maha Dahsyat ini? subhanallah
wisuda pertamanya tiba. dengan menggendong anak, kami berfoto bersama layaknya keluarga. temannya yang lain kalah karena mereka hanya berani membawa pendamping wisuda yang belum menikah (kita semua terkekeh, tapi emang iya sih. pendamping wisudapun belum tentu jd pendamping hidup beneran. oke lanjut).
aku boyong anak dan istriku ke Krian, dengan rumah seadanya. sangat sederhana. aku belum berani menjanjikan apaapa untuknya. tapi dia bahagian hidup bersamaku, seperti ini penuh dengan kesederhanaan. ya, aku benar-benar mencintainya.
hidup bertiga, dengan bahagia, dengan sedikit bumbu rumah tangga penguat rasa. dia semakin dewasa. di mataku tiada yang lain yang kucinta karena Allah selain mereka.
setelah beberapa tahun, akhirnya dia mengandung anak keduaku. kembar. ada dua janin di perutnya. betapa bahagianya aku, akan memiliki keturunan kembar yang lucu, yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. alhamdulillah. saat itu juga kami menempati rumah baru, hanya kami bertiga dan calon anak kedua. sungguh tiada hal lain yang membuat hatiku berbunga-bunga setiap hari, hanya hal itu. hidup kami rasanya sempurna.
detik-detik anak keduaku lahir. aku menemaninya, membacakan sholawat, menguatkan mentalnya.
tiba saat dia harus berjuang untuk keselamatannya dan anak kami. tak hentinya mulutku yang berdoa untuk mereka. alhamdulillah anakku lahir dengan selamat, sehat, dan istriku yang juga selamat. bahagia sekali rasanya, hidupku semakin sempurna. namun kebahagiaan itu hanya terjadi sebentar, dokter berkata bahwa terjadi pendarahan hebat oleh istriku. segala upaya telah kami lakukan. namun takdir berkata lain, Allah lebih mencintainya. dia dipanggil untuk selama-lamanya.
kosong.
itulah hidupku kala sepeninggal istriku.
bingung.
dengan 3 anak yang masih kecil, aku harus bagaimana?
frustasi.
tidak ada hal yang bisa mengembalikan semangat hidup. yang menjadi satu-satunya, sudah pergi dan tidak kembali.
aku seperti orang bodoh, yang tidak tahu harus bagaimana. merasa semuanya terenggut. 2 bulan aku bekerja tanpa konsentrasi, tanpa semangat, dirundung rasa khawatir meninggalkan anak-anakku dirumah dengan pembantu. hingga akhirnya orang tuaku mau membantu untuk merawat salah satu dari si kembar, dan menyarankanku untuk tidak memakai jasa pembantu.
seperti sinetron ya? (beliau terkekeh kembali, sedangkan aku udah tersedu-sedu denger ceritanya).
yah hidupku kelam tanpanya. ternyata seberat ini. tidak ada yang tahu isi hatiku. yang pasti, aku seperti orang paling menyedihkan di dunia ini. duda, dengan 3 orang anak.
tapi didikan orang tuaku menjadikanku bukan seorang pengecut. kenapa memang dg duda 3 orang anak? aku tidak melakukan kesalahan. aku mencintai alm istri dan anak-anakku. aku tidak menelantarkan mereka. aku masih teguh berada di jalan lurusNya. yah, life must go on. hidup dan mati itu sudah skenario Allah bukan? (guratan wajah yang mulai sedih karena harus mengingatnya itu muncul lagi. menahan tangis)

to be continued

No comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More